Dua Silinder Kopi Pak Eko (2) – Habis


BATTLE nyeduh kopi, seorang brewer dan Lita, pemilik kedai Figuran Kopi, Mojokerto, Jawa Timur. Foto: Dok. Eko Deby/FK.

Baiklah, setelah delay beberapa lama, saya akan teruskan tulisan mengenai kafe rumahan yang dikelola dua kawan saya, Eko Punto dan Eko Deby. Kali ini giliran Figuran Kopi (FK) milik Eko Deby yang melenggang di karpet merah blog ini 🙂

***
Dari sebuah dapur di belakang garasi yang disulap menjadi tempat ngopi spesialti, bersama istrinya, Cak Eko membuka kafe ala rumahan ini sejak sore hingga larut malam. Sebuah plang papan nama dari kayu terpasang di depan rumahnya yang berada di daerah Prajurit Kulon, Mojokerto, Jawa Timur.

Satu-satunya penanda jika FK buka, yaitu sebuah mobil Honda Jazz kelir hitam yang terparkir di depan rumah, karena garasinya dipakai sebagai akses keluar masuk pengunjung kafe 😀

Parkiran di garasi FK yang nembus ke dapur yang diubah menjadi kafe rumahan.
Foto: Dok. Eko Deby/FK

Menariknya, baik kafe @ngopidirumah maupun @figurankopi sama-sama berlokasi di dalam gang. Sepotong jalan yang hanya cukup untuk akses keluar masuk mobil secara empet-empetan dan bergiliran :mrgreen:

Tampaknya, FK, oleh pengelolanya, dimaksudkan sebagai melting pot para penyuka kopi di Mojokerto dan sekitarnya. Terlihat dari banyaknya lelaku silaturahmi yang dilakukan cak Eko dan keluarganya ke sejumlah penggiat kopi dan pemilik kedai kopi di Mojokerto dan sekitarnya. Dan, hal itu dipertegas dengan perubahan logo lama ke logo baru FK, yang menyimbolkan persatuan para penikmat kopi.

Lalu, seperti apa sih kolaborasi pasangan penggemar kopi ini dalam mengelola FK?

Ini dia percakapan saya dengan Cak Eko via Whatsapp.

Nadhi (NAD): Selamat malam cak Eko, saya iseng pengen nulis soal cafe rumahan. Boleh nanya dikit ya? Kenapa buka kafe di rumah?

Eko Deby (EDY): Awalnya hobi, trus pingin ngirit, berhubung sudah ada alat dirumah kenapa gak saya aja yang mengajak orang datang ke rumah.

NAD:
Gimana cara bagi waktunya dengan rutinitas kerja?

EDY:
Biasa aja seperti biasa, karena jam buka sepulang kerja. Trus jam tutup ya seperti saya biasa jam waktu tidur jam 12.

NAD:
Siapa yang dilibatkan sebagai pekerjanya?

EDY:
Pekerja cuman satu orang, mantan pegawai kedai juga. Jual single origin tapi nggak terlalu fokus. Basic sudah ada tinggal ngajarin dikit apa yang kurang.

Belajar sensory rasa kopi dengan beragam buah-buahan lokal. Salah satu even yang digelar di FK bagi para penikmat kopi.
Foto: Eko Deby/FK

NAD:
Dari mana modalnya?

EDY:
Pinjam bank

NAD: (pertanyaan imajiner)
Gak takut riba cak?

EDY: (jawaban imajiner)
Nek sampeyan duwe duit, pinjemin saya cak. Wis model KTA ae, Kredit Tanpa Angsuran…

NAD: (batin imajiner)
Wasyuuuiiik

NAD:
Strategi pemasarannya gimana?

EDY:
Awalnya melalui sosmed dan teman-teman. Nggak terlalu ribet, target awal juga gak banyak. Dengan kapasitas kurleb 25 orang jadi strateginya fleksibel yg umum tentang strategi marketing, tapi tetap pakai analisa SWOT meski gak terlalu detail

Ruang dalam FK yang memanfaatkan dapur keluarga untuk tempat ngopi para pengunjung.
Foto: Dok. Eko Deby/FK

NAD:
Respon pasar gimana?

EDY:
Respon pasar secara umum biasa, karena saya belum ada papan nama atau neonbox atau sebagainya. Banyak orang yg tidak tahu. Meski sudah di depan rumah banyak yg mengira tutup atau malu masuk ke dalam. Tapi kalau sudah pernah masuk pasti datang kesini lagi.

NAD:
Seyakin apa pasar bakal merespon produknya?

EDY:
Sangat yakin, karena di Mojokerto masih belum ada yg mengedukasi tentang ragam roastery. Mayoritas pakai toples nggak ngasih info IG kopi. Kalaupun pakai bungkusnya juga gak dijelaskan.

Catatan rasa usai cupping para pegiat dan penikmat kopi di kedai FK, Mojokerto, Jawa Timur.
Foto: Dok. Eko Deby/FK

NAD:
Kenapa namanya Figuran Kopi?

EDY:
Figuran mengambil filosofi peran figuran dalam film yang porsi adegan atau porsi scene yang sedikit. Biarkan kedai atau coffeeshop yg jam durasinya lebih lama yang jadi aktor. Tapi dalam sebuah film pun tak akan jadi tanpa adanya peran figuran

NAD:
Siapa yang merancang desain dalam dan luar cafenya?

EDY:
Mayoritas istri

NAD:
Bagaimana dukungan keluarga inti dan keluarga besar? Dalam bentuk apa?

EDY:
Dukungan keluarga inti, turut mengecat kamar mandi sama yang kurang-kurang. Kalau respon bagus malah mau dibuatin coffeeshop di teras rumah. Dengan konsep yang lebih eksklusif. Keluarga besar mendukung dengan kasih review di google. Sema mendukung karena pangsa pasar kopi single origin minimal kelas menengah dan secara attitude mayoritas nggak “blarongan” atau kampungan.

Narulita atau Lita a.k.a Kastini, desainer logo dan interior FK, yang juga istri Eko Deby, sedang mencicip kopi di slow bar miliknya.
Foto: Dok. Eko Deby/FK

NAD:
Apa tidak ganggu sikon rumah buka tiap hari sampai jam 12 malam?

EDY:
Tidak karena tempat di belakang dan nggak terlalu bising.

NAD:
Pegawai itu bekas kedai kopi lama? Digaji atau sharing omset?

EDY:
Pertanyaan nomor 12nya nggak ada 😂😁

Seorang pengunjung berinisial R.A.H.M.A.N yang konon ditinggal rabi di tanah anarki, sedang mbribik seseorang di kedai FK :mrgreen:
Foto: Eko Deby/FK

NAD:
Wakakaka….lompat 13…

NAD:
Omset pendapatan bisa nutup gaji?

EDY:
Belum waktunya ngomongin omset cak 😁

NAD:
Sepertinya rajin silaturahmi ke kedai dan tokoh kopi lain ya? Kenapa? Di mana saja?

EDY:
Iya, selain menjalin relasi juga mencari ilmu dari pemilik kedai yang banyak ilmunya. Saya main ke kedai kopi di Mojokerto, Jombang, Surabaya, Pare, Kediri, Jogja, Solo.

Biji kopi dari roastery Shoot Me in The Head (SMITH) Duren Tiga, Jakarta Selatan, yang sempat mampir di FK.
Foto: Dok. Eko Deby/FK

NAD:
Biaya operasional terbesar di bagian apa?

EDY:
Belum tau cak belum sebulan 😂

EDY:
Ini cak, barangkali butuh 😊 (ngirim foto)
Yang ada stiker FK itu guest bean

NAD:
Maksudnya guest bean?

EDY:
Setiap bulan atau habis ganti ganti, misal nyoba roastery Hungry Bird, Smokingbarrel, Smith dan lain-lain.

Beberapa biji kopi tamu yang menjadi ‘korban’ uji rasa para penikmat kopi di FK.
Foto: Eko Deby/FK

NAD:
Yang desain siapa cak?

EDY:
Istri

NAD: (tanya imajiner)
Istrimu digaji gede ya cak?

EDY: (akting imajiner)
*banting Aeropress

NAD:
Gimana nentuin harga jual?

EDY:
Cari HPPnya dulu, terus disesuaikan dengan harga sekitar.
Jujur kalo kopi laba bersih maksimal 3000 rupiah 😁. Yang labanya banyak justru es-esan 😂

Buku bermutu, kopi berkualitas, dan suasana yang nyaman, memang paduan ngopi yang absolut sempurna 🙂
Foto: Eko Deby/FK

NAD:
Es bikin sendiri atau beli? Kalo beli yang gimana? Yang kaya di resto itu?

EDY:
Beli yang cube

NAD:
Nah itu.
Standare setarbak 😁

EDY:
😂🙏🏻

NAD:
Cak aku minta foto-foto cafenya dong….
(Whatsapp mendadak banjir foto kafe dapur)

NAD:
Gak ono sampeyan nganggo apron cak?

EDY:
Sengaja gak pake apron, soalnya disini open bar cak. Biar gak ada gap sama pembeli.

Para pengunjung FK sedang bersantai sambil rerasan negara kertagama :mrgreen:
Foto: Dok. Eko Deby/FK

NAD:
Brewer ngetop lokal yang sering atau udah ke sana siapa saja?

EDY:
Semua sudah pernah cak kalo Mojokerto. Yang Jombang ya Langgano sama Indiecoffee
Kalo yang pas lomba ada yang dari Lumajang

NAD:
Wah, mantul cak.
Kedai di Mojokerto yang pernah mampir ke sini siapa saja?

EDY:
Lirang, Nagari, Budayakopi, Smoodstcoffe, Dimensi, Easycoffee, Langganocoffeebrewer, Indiecoffee, Kamlingkopi.

NAD:
Di luar Mojokerto siapa saja?

EDY:
Di luar Mojokerto ada Indie Jombang, Zhabocoffee Jombang
Ada jug Senduro Lumajang, Pohonkopi Surabaya, Crackingchambers Sidoarjo
Ada tamu cak Heni Susanto, home brewer, juara 1 OBC Jombang, Mbak Titik juri nasional, dan Bcoffee Madura.
Oiya cak ada petani juga pak Karsono dari Trawas juga pernah mampir ke sini.

Pegiat, pecinta, penyeduh amatir dan profesional, saling berbagi pengalaman ngopi di FK.
Foto: Dok. Eko Deby/FK

NAD:
🤟🏼

NAD:
Katanya pernah ngadain even ya?

EDY:
Event selain lomba manual brew, diskusi soal tips menghadi atau persiapan ketika lomba sistem openservice
Nyoba air dari air kran, Amidis, Cleo sama Aqua.

NAD:
Kran iku air tanah?

EDY:
Iya air tanah

NAD:
Aku cocoke Cleo (sisan promosi :mrgreen: )

EDY:
Beberapa bean cocok cleo, beberapa bean cocok amidis
Cleo galon sama cleo botol juga beda.

Mencoba formula air seduhan dari Gordi, Jakarta.
Foto: Eko Deby/FK

NAD:
Aku cleo galon. Sebulan 7 galon hahaha

EDY:
😜

NAD:
#TimCleo

EDY:
Insya Alloh rencananya ada dokter mau kesini, mau ngisi diskusi kopi dilihat dari perspektif kesehatan.

NAD:
Oiya, kok logonya berubah? Kenapa?

EDY:
Sebentar, tanya istri dulu. Soale dia yang bikin logo dan konsepnya.
….
……..
…………

Logo baru Figuran Kopi. Foto: Dok. Eko Deby/FK

NAD:
(agak lama, mungkin disambi kelonan :mrgreen: )

EDY:
Jadi, logo baru itu, simbol ikatan DNA. Maknanya, kita semua mempunyai DNA penyuka kopi 🙂

 

 

Tinggalkan komentar