Ini Dia GPS Samsung Murah untuk Motor


Ijab kabul dengan mahar beberapa lembar lima puluh ribuan.

wpid-CameraZOOM-20130824143525022.jpg
Sygic dan sabak klasik 7 inci di gerbang tol Kanci – Pejagan

Namanya produk tua, pasti ada saja problemnya. Begitulah yang saya alami dengan sabak klasik Samsung berkode GT-P1000 buatan 2010 ini. Di dalamnya terpasang beragam aplikasi untuk kebutuhan kerja, fotografi bergerak, komunikasi, sosial media, maupun peranti lunak GPS seperti Waze dan Sygic.

Salah satu aplikasi yang sering ngadat yaitu Waze dan Sygic. Waze, dengan basis interaksi aktif dan komunitas besar – Waze dibeli raksasa internet Google pada Juni 2013 sebesar Rp 12 triliun, biasanya saya gunakan jika sedang naik kendaraan umum, seperti bis atau taksi ke kantor atau tujuan lainnya yang memerlukan laporan lalu lintas real time. Itu karena Waze tergolong aplikasi peta daring (dalam jaringan/online). Artinya, tanpa jaringan data internet, Waze tak dapat beroperasi. Mati kutu.

Sedangkan Sygic dapat bekerja secara offline. Dalam mode terbang, koneksi data dimatikan, namun GPS diaktifkan, maka aplikasi ini dapat digunakan untuk memandu jalan ke tujuan. Walaupun peta offline, namun data yang disajikan, menurut saya cukup lengkap. Sebagai contoh, untuk kebutuhan akomodasi, Sygic menggandeng Booking.com di Indonesia sebagai basis data hotel dan penginapan.

Hal itu, tentu saja memudahkan pengguna untuk mencari poin of interest (POI) akomodasi selama di perjalanan. Di Bangkok, Abu Dhabi, Dubai, Sygic bekerjasama dengan TripAdvisor, sedangkan di Swiss berkolaborasi dengan Camping Sites Switzerland. Hotel.info juga menjadi penyedia informasi akomodasi bagi pengguna Sygic di sejumlah negara, seperti Australia, Malaysia, dan Saudi Arabia (UAE).

Sygic unnamed
Foto : Sygic from Google Play Store

Sygic juga memperbarui data peta di seluruh dunia sebanyak 3-4 kali dalam setahun. Hal itu dimungkinkan karena sejak September 2012, Sygic bekerjasama dengan TomTom (dulu namanya TeleAtlas) sebagai pemasok peta global.

November lalu, saya beberapa kali menjumpai mobil TomTom dengan peralatan lengkap seperti mobilnya Google Street View ‘berkeliaran’ di sekitar Kranggan dan kawasan Transyogie, Cileungsi – Cibubur.

OK, kembali ke isu utama. Waze, karena butuh sumber ‘penggerak’ lebih banyak dibanding Sygic, maka lebih sering ‘bengong’ di sabak klasik saya. Menjengkelkan tentu saja.

Sygic, yang ‘hanya’ mengandalkan satelit GPS (Amerika) yang berjumlah 24 unit di luar angkasa, itupun juga sering hang. Apalagi jika digunakan dalam jangka waktu lama, seperti perjalanan mudik ke Solo akhir tahun lalu. Maklum, usia komponen di dalamnya sudah terhitung berumur untuk sebuah produk elektronik yang terhitung sangat aktif digunakan.

Selain sering ngadat, ukuran sabak yang 7 inci itu juga agak merepotkan untuk navigasi di motor. Walau diletakkan di tankbag sekalipun, karena sudut pandang yang menunduk untuk melihat sabak, menyulitkan saya untuk memantau posisi ketika di jalan. Rawan celaka.

wpid-2014-12-19-08.34.31.jpg.jpeg

Solusi jitu muncul usai saya ngobrol dengan Mas bro Didik NH usai ‘private workshop’ singkat Ubuntu di kantornya, kawasan Kalimalang, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu. Mas Didik memasang Samsung Galaxy Young CDMA (SCH-i509) di motornya, Pulsar 200, lengkap dengan phone holder di batang setang.

Ponsel itu khusus untuk aplikasi GPS saja, slot simcard dibiarkan kosong. Kata dia, GPS ponsel Samsung dan phone holder itu sudah terbukti kuat dan tangguh selama turing Jakarta – Bali pergi pulang.

Baiklah! Saya pun teringat rekan senior satu kantor yang sedari lama menawarkan Samsung Galaxy Young CDMA untuk dijual. Walau kondisinya masih 98% mulus, sekian lama tak ada rekan sejawat yang berminat. Hari gini masa masih pakai Flexi? :mrgreen:

Akhirnya setelah nego harga, dan beberapa lembar lima puluh ribu berpindah tangan, Samsung Galaxy Young itupun sukses dipinang. Sebagai pelindung, maka saya membeli phone holder merek Peripower yang sudah dilengkapi wadah transparan tahan air. Di kemudian hari, saya juga membeli phone holder standar agar lebih praktis ketika memasang Galaxy Young di motor 🙂

Hanya saja, seperti sabak jadul saya, Galaxy Young ini hanya mempunyai chip GPS. Perlu waktu beberapa lama, hingga ‘terkunci’ dengan satelit GPS. Bahkan, jika cuaca mendung, butuh waktu lebih dari 5 menit untuk mengunci posisi.

Sempat ingin ganti Asus Zenfone 4 – di pasaran saat ini, harganya kurang dari Rp 1 juta – yang chipsetnya sudah mendukung GPS dan Glonass (sistem satelit navigasi milik Rusia yang juga memiliki 24 satelit di luar angkasa), yang secara teori lebih mudah nge-lock sinyal satelit. Tapi nanti sajalah, menunggu Zenfone 4 dapat ditukar dengan beberapa lembar lima puluh ribuan :mrgreen:

15 pemikiran pada “Ini Dia GPS Samsung Murah untuk Motor

      1. cilakak, malah diberondong… hurung ketemu mz, hurung ngerti, kemarin tanya di pameran komputer barange gak ada… naksir tv analognya soale, jadi chip sirf atlasnya nilai plus… katanyaaa….

        1. Wooooohhh….dasar brondong :mrgreen:
          Yang ada chip GPS SIRF Star III itu yang tablet 7 inci.
          Masih kegedean untuk dipasang di motor.
          Lagian merek Treq Turbo tak ada di GSM Arena, jadi ragu sama produknya.
          Apakah dirakit di Bekonang atau Nusukan? :mrgreen:
          Mendingan ponsel pintar bekas yang merek dan spesifikasinya jelas mas bro 😀

          Eh sik sik, kok sampeyan tertarik sama tipi analog? Apa takut gak nonton shitnetron Ganteng-ganteng Srigala? :mrgreen:

    1. Lhaaaa kan saya udah bilang, ponsel ini saya copot simcardnya. Khusus untuk Sygic yang peta navigasinya offline. Mengandalkan sinyal satelit GPS saja.

Tinggalkan Balasan ke awakku Batalkan balasan