Ranjau Biting Penangkal Tahi Kucing


Kenapa kucing nggak mau beol di tanah yang ada biting tertancap?

Kucing lokal berperan sebagai model. Pelaku aslinya, kucing arab palsu :mrgren:
Kucing lokal berperan sebagai model. Pelaku aslinya, kucing arab palsu :mrgreen:

Alkisah, sudah empat belas  satu purnama ini, rumah saya diteror bau tahi kucing bak taifun yang bergulung-gulung. Sumbernya dari sepetak tanah merah yang ada di sudut rumah tetangga, bersebelahan dengan tembok pembatas antar rumah yang selebar satu bata merah itu.

Apesnya, jendela kamar tamu berada persis di atas tembok pembatas itu, sehingga aliran angin pagi – siang – sore – malam – subuh, yang membawa taifun tahi kucing itu gegap gempita memasuki penjuru rumah 👿

Saya dan tetangga sebelah, sebut aja bernama Benny Al-Baghdadi, sudah bergantian membuang dan membersihkan kotoran jahanam itu. Diberi karbol, disemprot insektisida, dituang asap cair – dengan harapan bau-bau tersebut akan membikin si kucing brengsek mual-mual ketika akan boker di situ lagi, dan mencari tempat lain untuk membuang kotoran yang naudzubillah baunya itu.

Pernah juga, saat akhir pekan, saya tungguin si kucing buang ampas, sejak petang hingga malam. Dengan harapan, jika ketahuan nahi, akan saya siram air, lempar bata, atau gebug dengan kayu. Tapi segenap usaha itu sia-sia belaka.

Si kucing, belakangan diketahui kucing turunan Persia warna hitam dengan bulu yang dhiwut-dhiwut, itu, kembali ‘bertelor’ dan menebar teror bau maha dahsyat itu. Dan sepertinya si kucing arab palsu itu, tahu jika ditungguin bokernya, sehingga dia mungkin memanfaatkan waktu 2/3 malam untuk buang hajat di tempat yang sama. 👿

Sempat terbersit untuk merangkai sensor gerak yang dipadu dengan semprotan air atau air soft gun untuk membuat jera kucing tukang beol sembarangan itu. Tapi kok ya lebay dan mahay? hahaha….

Akhirnya saya pun iseng meramban, walau harapan tipis untuk mendapat info trik menangkal kucing tukang boker sembarangan itu. Di Wikihow, memang tertulis sejumlah tips dan trik agar kucing tertib buang kotoran. Tapi itu kan untuk kucing piaraan? Bukan kucing ‘liar’ yang mampir beol di sudut halaman rumah.

Tak dinyana, akhirnya nemu tulisan “Cara Mencegah Kucing yang Suka Berak Sembarangan” di sebuah blog. Dari ke lima trik yang digunakan si empunya blog, cara pertama yang paling sadis: mengoleskan balsem ke dubur kucing….. ngoahahahaha (selain susah aplikasinya – nyanggong terus nangkap kucing, saya juga gak mau tangan saya mengoleskan balsem ke anus kucing. Wuuueeek…!!!)

Nah, yang saya praktekkan adalah trik ke lima: menancapkan biting (lidi) seukuran panjang ekor kucing di lokasi kotoran kucing yang telah dibersihkan. Agak aneh bukan? Namun, si empunya blog menuliskan, setelah beberapa hari, ternyata si kucing itu tak lagi berak di lokasi tersebut.

Foto ilustrasi TKP (Tempat Kejadian Pemberakan) dan contoh penancapan biting anti tahi kucing di tanah.
Foto ilustrasi TKP (Tempat Kejadian Pemberakan) dan contoh penancapan biting anti tahi kucing di tanah 🙂

Baiklah. Pagi-pagi saat long weekend lalu, saya pun menjajal trik unik itu. Kotoran kucing saya buang dari lokasi favorit dia berak. Tanah saya ratakan dengan cetok. Lalu sejumlah titik, yang pernah dia pakai untuk menaruh kotorannya itu, saya tancapkan biting, tegak lurus dengan tanah.

Karena saya belum tahu kucingnya seperti apa dan berapa panjang ekornya, maka saya kira-kira saja. Saya potong batang lidi itu seukuran jengkal tangan. Ranjau beol kucing pun siap beraksi 🙂

Ok. Sekarang tinggal menunggu hasilnya.

Esok paginya, saya tengok lokasi ranjau. Voila! Aman! Tak ada kotoran kucing di atas tanah. Namun, saya masih belum percaya jika trik itu jitu.

Sore hari, tiba-tiba ada kucing hitam turunan Persia yang kelihatan gelisah sedang nangkring di tembok pembatas. Ekspresinya antara ragu, bingung, serta kalut. Nampak seperti menahan sakit perut yang luar biasa berat :mrgreen: . Akhirnya si kucing berlalu dari rumah saya. Mungkin saja dia mencari lokasi lain untuk buang kotoran 😀

Hari berikutnya juga begitu. Si kucing arab palsu itu tampak galau di lokasi ranjau. Tak berani mendekat. Lompat sana, loncat sini di atas tembok pembatas, sambil kepalanya miring-miring melihat deretan ranjau biting di bawahnya. Seperti kemarin sore, si kucing pun kembali berlalu.

Kucing korban ranjau biting diperankan oleh model. Tersangka si kucing arab palsu kabur entah kemana :D
Kucing korban ranjau biting diperankan oleh model. Tersangka si kucing arab palsu kabur entah kemana 😀

Sampai tulisan ini saya posting, lokasi favorit si kucing untuk berak itu masih aman dari kotorannya. Ranjau-ranjau biting pun masih tertancap di tanah, mengamankan tanah perdikan dari taifun tahi kucing.

Sebuah solusi yang sangat murah dan mangkus.

Namun saya penasaran, kenapa si kucing takut berak di lokasi yang ada bitingnya? Ada yang bisa membantu menjelaskan?

6 pemikiran pada “Ranjau Biting Penangkal Tahi Kucing

Tinggalkan Balasan ke nadi Batalkan balasan