Selama perjalanan mudik Lebaran lalu kamera saku digital tak pernah jauh dari genggaman. Salah satu tujuan utamanya adalah membidik mudiker bermotor yang safety gearnya OK dan komplit. Namun apa daya, sangat sulit mencari biker dengan riding gear lebih dari cukup dan motor tidak “dimodif” aneh-aneh. Bak mencari jarum di lautan motor.
Nah, selama perjalanan arus balik, di daerah sekitar Cirebon, Minggu (27/9), saya berhasil membidik salah satu biker dengan safety gear OK. Motornya pun tidak ditambahi kayu “knock down” yang banyak dilakukan para pemudik motor.
Dari plat nomernya, sepertinya dia dari klub Yamaha Scorpio Jakarta. Riding gearnya lengkap, dikondisikan untuk perjalanan jauh seperti mudik. Helm full face, jaket biker yang dilengkapi protector, knee protector, sepatu boot (kalau tidak salah sih Tomkins), dan box Givi nangkring di buntut motor. Sayang gerakan kamera saya kalah cepat dengan laju lalu lintas. Hasilnya gambar tidak terlalu jelas.
Tak lama berselang, sebuah Pulsar 200, dengan perlengkapan yang sama seperti penunggang Scorpio itu melintas. Beberapa saat kemudian, sebuah motor bebek – saya lupa memperhatikan mereknya, juga dengan riding gear komplit melaju cepat. Namun, kedua biker itu tak sempat saya potret karena kondisi lalu lintas yang tidak memungkinkan.
Seingat saya, ketiga rider itu tidak pethakilan, pecicilan di jalan. Mereka cukup santun dalam berkendara. Klop dengan riding gear yang dikenakkannya. Tidak mentang-mentang “berbaju zirah” lalu urakan di jalan.
Menurut saya, penunggang Scorpio, Pulsar,dan bebek itu, hanya sebagian kecil pemudik motor yang faham safety riding. Sementara jutaan pemudik motor lainnya abai soal perlengkapan dan keselamatan berkendara.
Merekalah satu diantara sejuta.
aku yo weruh sing ngono kuwi, tapi ora tak photo, lha kango apa, aku ra nulis neng blog motor je
Mahaaaal…tur terlalu mencolok.ngetok2i wong jakarta!
Pak Lekdjie, soal keselamatan itu tidak ada hubungannya dengan mahal atau tidak. Dan tidak hanya berlaku untuk Wong (yang tinggal) di Jakarta atau dimanapun.
Namanya juga ikhtiar untuk selamat. Agama yang saya anut, Islam, sangat memperhatikan keselamatan dunia dan akhirat.
Ikhtiarnya pun macam-macam. Melalui berbagai macam ibadah wajib maupun sunah.
Begitu pula bagi biker yang beradab. Selain yang wajib (helm, glove, jaket, boots), dia juga menjalankan yang “sunah” (bodi protector, knee protector, back protector, elbow protector, dsb). Tentu dibarengi perilaku berkendara yang baik.
Oleh sebab itu, paralel dengan ibadah, masa jika kita melakukan ibadah wajib yang dilanjutkan dengan sunah, lalu (terkesan) berlama-lama di masjid, dibilang ngetok-etokki?
Ada anjuran juga untuk tidak merusak alam dan seisinya.
Menurut saya itu semua khan ikhtiar untuk keselamatan dunia wal akhirat. Bukan begitu sobat?