Stanley vs Stanlee

Si penyelamat dari kemungkinan buruk situasi jalanan tengah malam.

Menjengkelkan. Begitulah jika lampu belakang ternyata mati total menjelang kepulangan di tengah malam. Padahal paginya, saat T-CLOCS sebelum berangkat, lampu di buritan itu masih menyala sempurna.

Malamnya, ketika T-CLOCS sesaat sebelum pulang, ketahuan lampu penanda setop itu modar. Ketika dirogoh dan dicek: gosong.

Itulah takdir. Meski sudah ikhtiar, kalau sudah ketetapan Gusti Allah, walau menjengkelkan, ya kudu diterima 🙂

Menjelang pergantian hari, tentu langka bengkel yang buka. Harapan terbesar: lae-lae tambal ban yang bertebaran di sepanjang rute pulang. Agak was-was pulang malam dengan kondisi lampu setop belakang mati. Rawan disosor kendaraan lain dari belakang.

Saya pun sengaja mencari rute pulang yang diduga terdapat tukang tambal ban yang buka sampai dini hari. Menyusuri jalan pelan-pelan sambil celingukan dari Palmerah, Slipi, Senayan, Panglima Polim, Antasari, Kemang Selatan, dan akhirnya menemukan tukang tambal ban kecil di Pejaten Barat, persis di seberang Salon Dian Kenanga Totok Aura

Seorang bapak tua, dengan peci hitam lusuh, kemeja abu-abu yang sudah memudar, dan sarung kotak-kotak hitam putih, dan kulit tangan yang mengeriput, melongok keluar dari bedeng tambal ban.

“Ada apa?,” tanya dia sambil membetulkan lipatan sarungnya yang melorot dengan tangan kanan, dan tangan kiri merapikan peci hitam yang turun dua jari di dahinya.

Saya bilang mencari bohlam belakang. “Bohlam untuk bebek pak,” jelas saya ketika melihat si bapak ragu-ragu sambil melihat motor saya.

“Oh, ada… ada… sebentar,” ujar dia sambil beringsut masuk dan membuka sebungkus kardus berisi beberapa bohlam lampu belakang.

“Saya pasang sendiri saja pak. Gampang kok,” kata saya, sambil membuka jok, merogoh tempat bohlam, memutar ke kiri, dan menariknya ke luar.

Pasang bohlam baru, tes dengan tuas rem depan, injak rem belakang, dan OK!

“Enam ribu,” kata si bapak. Saya sodorkan uang. Ucapkan terima kasih dan beranjak riding pulang tengah malam dengan hati lega.

***

Bohlam setop lampu belakang yang putus itu, dari penelusuran di Instagram saya, usianya sudah 206 minggu. Saya pasang sebagai pengganti bohlam bawaan pabrikan, tepatnya pada 28 Juni 2012. Artinya, dari baru hingga gosong, usianya 4 tahun kurang 12 hari 😀

Awet? Relatif sih.

Atau ketahanan 4 tahun itu tergantung mutu produk? Bisa jadi.

Bohlam yang putus itu merek Stanley (ori) – saya memang selalu membeli suku cadang asli untuk kepastian mutu produk.

Sedangkan, bohlam pengganti, saat darurat itu, mereknya Stanlee (kw?) – mirip kreator Spiderman: StanLee

Penasaran juga, sampai berapa lama Stanley KW itu mampu bertahan. Konsekuensinya, saya harus membeli dan menyimpan bohlam setop belakang yang asli di motor saya, sebagai pengganti, jika sewaktu-waktu bohlam KW itu mati.

Namun, setidaknya, malam itu Stanley KW menyelematkan saya dari kemungkinan-kemungkinan buruk di jalanan tengah malam.