Rampaian media daring otomotif.

Adzan Isya telah lewat empat puluh lima menit ketika saya sampai di sebuah bangunan lantai dua kawasan Citeko, Cisarua, Jawa Barat, Sabtu lalu. Di ketinggian sekitar 850 DPL itu, hawa dingin menelusup sela-sela jaket Contin Zirkon yang saya kenakan.
Di pelataran villa itu, berderet puluhan motor berbagai jenis. Dari mesin berkubikasi 125cc hingga 1000cc. Dari merek buatan sendiri (SOIB, Sofyan Ibrahim), Jepang (Yamaha, Suzuki, Honda, Kawasaki), Amerika (Harley-Davidaon), dan Eropa (Piaggio, Peugeot).
Sedari siang, rekan-rekan Forum Wartawan Otomotif (Forwot), ngariung di villa dengan satu kolam renang di halaman samping itu. Mereka berangkat dari kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Sabtu, sekitar jam sembilan pagi bersama 40an anggota Forwot dan sejumlah member Motorave Riders Club (MRC) dalam acara Touring Forwot XIII.
Selain touring jarak pendek, acara diisi dengan diskusi industri otomotif nasional dari beragam aspek. Halomoan Fischer, COO Mobil88, salah satu narasumber yang dihadirkan, antara lain memberikan ulasan bagaimana tips aman dalam membeli mobil bekas. Dan tentu saja agenda utama: penjurian final Forwot Motorcycle of The Year 2015. Touring kali ini mendapat dukungan dari Toyota Astra Motor, Ford Motor Indonesia, Adira Insurance, dan MRC.
Saya datang malam hari. Solo touring dari Cibubur ke lokasi acara yang berada tepat di depan lapangan sepak bola kampung Citeko itu. Hal itu karena agenda utama penjurian final Forwot Motorcycle of The Year (MOTY) 2015, dilakukan pada malam hari.

Sudah lama saya tak bersua dengan rekan-rekan Forwot. Kira-kira setahun sejak penjurian MOTY 2014. Sementara touring Forwot yang saya ikuti terakhir, jika tak salah ingat pada 2009 silam.
Ada yang istimewa pada malam itu, Jeffrey Polnaja, alias Kang JJ, pemotor yang menjelajah solo 97 negara sejauh 420 ribu kilometer, hadir menghangatkan suasana. Suasana semakin meriah tatkala diputar film dokumentasi ‘Ride for Peace’ penjelajahan Kang JJ, yang menampilkan suka duka perjalanannya berkeliling dunia.

Dari perbincangan saya dengan Bro Wisnu ‘Gareng’ Guntoro Adi, fasilitator kehadiran Kang JJ di acara ini, penjelajah motor solo pertama di Indonesia itu, seperti ‘mengidap’ gejala tak mau berhenti touring. “Beberapa kali, sejak kepulangan dari jelajah dunia, dia jalan sendiri naik motor Jakarta – Bandung tanpa agenda pasti. Kang JJ sedang berusaha memulihkan dirinyanya ke kehidupan normal,” ujar Gareng.
Forwot, organisasi jurnalis otomotif ini, memang terus berderap. Di usianya yang ke 12 pada 30 April 2015, kini anggotanya kian beragam, penuh dengan wajah-wajah baru dan media jenis baru, terutama media daring (online). Dan sebagian besar membernya, saat ini bernaung di ranah daring tersebut.
Tak mengherankan, karena akses internet yang kian terjangkau, kemudahan infrastruktur web, dan operasional yang tak serumit media cetak, membuat media-media daring – tak hanya media otomotif, tumbuh pesat.
Beberapa rekan lama Forwot yang dulu bekerja di media cetak ternama, kini telah mempunyai media (daring) sendiri. Dapurpacu.com misalnya, yang didirikan Gareng dan rekannya dari Autocar Indonesia, melejit bak kembang api hanya dalam waktu 3 tahun saja.
Seiring waktu, awak Dapurpacu.com pun ‘berkembang’ ke sejumlah media daring lainnya, baik yang dibangun sendiri seperti naikmotor.com yang dikelola Ucup, eks fotografer Autocar dan Dapurpacu, hingga yang menclok ke situs otomotif daring.
Perbincangan informal dengan rekan-rekan yang bergelut di ranah media online itu bagi saya sungguh menarik. Bagaimana mereka berjibaku membangun jaringan, komunitas, hingga mengkonsep even secara kreatif dengan para pendukung acara.
Ada juga kisah-kisah getir dan lucu ketika membangun usaha bengkel. Seperti yang dikisahkan Jayadi dari gilamotor.com. Dengan modal cukup dia mendirikan bengkel umum di kawasan Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Awalnya bisnis bengkel itu cukup menjanjikan. Penjualan suku cadang dan servis motor cukup laku. “Beberapa sales cuku cadang pun bersedia menjual produknya di bengkel,” ujar Gojay, sapaan akrabnya. Namun, bengkel itu hanya berumur setahun. Salah pembukuan menjadi penyebabnya. “Kasihan sales yang udah langganan bolak-balik nelpon mau jualan lagi,” kata Gojay sembari nyengir.
Indra Prabowo, Ketua Umum Forwot periode 2014 – 2017, dalam satu perbincangan menuturkan, bahwa kini organisasi telah mempunyai dana kas yang jumlahnya mencukupi untuk kebutuhan operasional. “Selain untuk dana taktis kegiatan juga digunakan untuk sosial, seperti santunan kepada anggota yang terkena musibah,” kata Indra.

Dengan kas organisasi yang cukup besar itu, dapat digunakan untuk memberikan bekal maupun pelatihan kompetensi kepada para anggotanya. Seperti acara Fun Smart Gathering yang berlangsung Mei lalu, di kawasan Bogor, Jawa Barat. Dalam kegiatan tersebut, FORWOT mengajak para anggotanya dan wartawan lainnya untuk berkumpul dan menimba ilmu bersama dalam kegiatan “Workshop Jurnalis Otomotif Online”.
Mungkin kedepannya, Forwot juga perlu untuk membeli peralatan khusus yang berhubungan dengan otomotif sebagai aset dan sarana belajar anggotanya. Seperti pembelian PerformanceBox racelogic untuk tes dan review kendaraan. Jadi hasilnya bisa terukur, ada data yang disampaikan selain persepsi jurnalisnya. Anggota yang akan menggunakan alat tersebut bisa dengan sistem sewa dengan harga khusus misalnya.
Jurnalis otomotif memang sedikit beda dengan jurnalis bidang lain yang keakuratan data-datanya bisa didapat dari pihak luar. Sedangkan jurnalis otomotif, ketika mengetest suatu produk kendaraan, perlu alat khusus untuk menampilkan data yang akurat, demi kepercayaan publik. Kecuali jika hanya menyajikan tulisan yang bersifat normatif semata. 🙂
wuih… amplop bertebaran..
Wkwkwkwkwkwksyuuuu…
Jadi sing menang sonic yo?
Sing ora kalah
AHM ndak jadi sponsor pun Sonic kandidat juara
Ho oh…