Menelus tubuh, yang menyelusuh dari pembaringan.

Apalah artinya mata tanpa cahaya? Elokmu, bias kulit lipatan lenganmu, tak bakal nampak. Bagai cat kayu di pintu yang menggelopak.
Begitu pula lensa tanpa nur. Sia-sia membidik pendar pundakmu yang halus bak marmer meja di rumah tua.
Itulah kenapa cahaya begitu penting dalam pemotretan. Baik menggunakan kamera profesional maupun lensa kamera gawai, yang sering saya lakukan jika melihat obyek yang menarik untuk didokumentasikan.

Walaupun memotret di siang hari, saya kerap kesulitan untuk mendapatkan pencahayaan yang pas untuk memotret sebuah benda. Kadang terlalu banyak gangguan dari kondisi sekeliling. Arah cahaya yang terhalang tembok atau benda lain misalnya.

Atau malah cahayanya terlampau kuat, sehingga butuh cahaya yang lebih lunak dengan bantuan softbox. Apalagi jika benda yang akan kita potret berukuran kecil atau butuh bagian-bagian tertentu, atau detil yang akan ditampilkan.

Untuk mengakalinya, selama ini saya harus memindah-mindahkan benda – biasanya berukuran tak terlalu besar – yang akan dipotret tersebut agar mendapat sudut pencahayaan yang pas. Repot memang.
Solusinya adalah menggunakan lightbox, yang berfungsi mendistribusikan cahaya secara merata di sebuah benda atau produk yang akan dipotret.

Lightbox inilah yang oleh sebagain orang sering disebut sebagai studio mini. Saya sih menamakannya dengan bilik cahaya. Lebih terkesan kampung dan seksi
Nah, studio jenis inilah yang saya lihat ada di bengkel praktek Astra Honda Training Center (AHTC), di Jalan Agung Timur IX, Jakarta Utara, Sabtu, pekan lalu.
Honda Customer Care Center (HC3), yang saat itu mengundang para narablog untuk mengintip bongkaran mesin CB150R baru dan lawas, menyediakan lightbox sebagai sarana pemotretan.
Namun entah kenapa, studio mini tersebut kurang mendapat perhatian dari narablog. Mungkin teman-teman narablog lebih suka memotret pretelan mesin-mesin Double Over Head Camshaft (DOCH) yang terampar di meja bengkel.

Saya terus terang penasaran mencoba lightbox ini. Dengan bantuan Cuk Mitra, saya susun potongan mesin dan suku cadang lainnya di dalam studio mini itu. Kamera 8 megapixel Zenfone 5 pun mulai bekerja.
Dan ini sebagian hasilnya, tanpa edit dari perangkat lunak kamera atau komputer.

Throttle body CB150R lama (kiri) dan CB150R baru (kanan).
Cukup OK bukan?
ngoahahahahahm
similikiti