Foto yang Lahir dari Kepercayaan


Momentum dan kesabaran: senjata utama fotografer.

Gambar

Foto : http://robertbrowman.com/

Apa yang menarik dari sebuah foto? Peristiwa? Obyek? Warna dan komposisi? Atau latar belakang?

Bagi saya, seringkali latar belakang dan proses pembuatan foto jauh lebih mengesankan dibanding hasil akhirnya, yang tentu saja juga tak kalah hebat.

Pagi ini, di layar kaca, saya menonton National Geographic yang menayangkan 10 foto terbaik dari para jurufoto mereka di seluruh dunia. Itu merupakan rangkain perayaan 125 tahun majalah tersohor ini. Foto-foto itu tergolong dalam kategori foto feature – foto yang digunakan utuk memperkuat tulisan.

Saya hanya sempat memperhatikan dua foto saja, karena pagi beranjak siang, dan saya harus beringsut menuju meja kantor.

Perhatikan foto pertama, karya Stephanie Sinclair. Adegan fenomenal itu diambil disela-sela aktivitas para anggota jemaah Fundamentalist Church of Jesus Christ of Latter Day Saints, di Amerika Utara. Dijelaskan, dalam tayangan National Geographic tersebut, bahwa mereka dalam posisi piramida untuk meraih sesuatu di atas mereka. Foto ini tayang di majalah National Geographic pada 2010.

Nah, ini yang menarik. Untuk mendapatkan foto yang ekspresif itu, Stephanie harus berada dalam ‘jarak’ yang demikian dekat secara sosial dan psikologis. Untuk mendapat kepercayaan tinggi dari komunitas tersebut, dirinya harus menunggu berbulan-bulan. Kepercayaan dan kesabaran merupakan kuncinya.

Gambar

Foto : National Geographic

Gambar kedua. Di sebuah tempat penangkaran hewan, Hanoi, Vietnam. Seekor beruang tergeletak mirip karpet tiga demensi. Sejatinya memang dia hidup, namun hewan malang itu dibius untuk disedot cairan empedunya. Di Vietnam, dan kawasan sekitarnya, cairan empedu beruang dianggap sebagai obat paling mangkus untuk kejantanan.

Foto karya Mark Leong, seorang fotografer keturunan Amerika – Cina, ini dimuat dalam artikel berjudul Asia’s Wildlife Trade di National Geographic tahun 2010. Dunia gempar dengan kemunculan foto tersebut. Tekanan global, membuat Vietnam terpaksa ‘menghapus’ secara bertahap perdagangan hewan ilegal di wilayahnya.

Gambar itu tidak diambil begitu saja, sambil lalu, seperti ketika kita memotret menggunakan ponsel, tablet, ataupun kamera alay DSLR 🙂 . Jika itu dilakukan tanpa ba-bi-bu, niscaya Mark Leong akan kehilangan nyawanya saat itu juga.

Untuk mampu mengambil foto beruang sekarat itu, dan rangkaian foto-foto lain, Mark memerlukan waktu 3 tahun!

Dia perlu ‘bersatu’ dengan para penangkar hewan di kawasan Hanoi, dan berteman dengan kawanan pembalak hewan tersebut. Sekali lagi, kesabaran, dan kepercayaan, menjadi modal seorang fotografer kawakan. Tentu saja didukung biaya yang tidak sedikit 🙂

Bagi saya pribadi, fotografi (feature), dengan alat apapun, bukanlah sinetron murahan kejar tayang.

Eh, sampeyan motret pakai apa mas bro?

*masih setia dengan Samsung Champ dan Galtab 7 🙂

6 pemikiran pada “Foto yang Lahir dari Kepercayaan

  1. #respect buat orang yang mendedikasikan hidupnya untuk beginian.
    #norespect buat junkie-fotografer-wannabe yang suka sruntulan dengan alasan fotografi.

Tinggalkan Balasan ke nadi Batalkan balasan