Dengan lampu LED, seluruh lampu penerangan di rumah saya hanya butuh energi 33 Watt.
Isu penghematan energi selalu menarik minat saya. Tak hanya soal energi bahan bakar terbarukan, misalnya. Tapi juga soal lampu rumahan. Ketika Philips Indonesia meluncurkan lampu LED untuk konsumsi rumah pada Agustus 2011 silam, saya termasuk yang girang bukan kepalang.
Hanya saja, harganya relatif mahal – saat ini dipasarkan sekitar Rp 90 ribuan, dengan daya listrik 5 Watt, dan sinar setara 40 Watt lampu hemat energi (LHE). Walau begitu, LED keluaran Philips ini bergaransi 2 tahun dengan masa pakai – berdasar klaim pabrik, hingga 15 tahun. Jika dihitung – hitung sih termasuk murah ya? Harga Rp 90 ribu untuk 15 tahun 🙂
Tapi saya percaya, teknologi bukan hanya milik merek ternama semata. Nah, setahun belakangan ini, di pasaran, terutama di Jakarta, mulai banyak merek lampu LED ‘berdarah’ Tiongkok . Tentu saja harganya jauh lebih ndlosor dibanding LED tuan Belanda tersebut. Masa pakainya, konon, juga hingga 15 tahun. Hanya saja garansi toko cuma setahun.
Belakangan ini, saya mengganti lampu penerangan di rumah dengan lampu LED cungkuo 🙂 . Merek Strom – mungkin plesetan Bahasa Belanda dan Jawa: Stroom, yang artinya listrik, dan merek Hannochs, yang sepertinya berbau Jerman
Tiga lampu Strom, sebuahnya berdaya 5 Watt yang setara dengan nyala lampu LHE 35 Watt. Harganya Rp 35 ribu per buah. Sementara tiga biji Hannoch masing-masing berdaya 6 Watt yang sebanding dengan penerangan LHE 60 Watt. Harga satuannya Rp 55 ribu. Sedangkan total energi yang diserap ke enam LED tersebut hanya 33 Watt.
Sementara 6 buah LHE yang terpasang sebelumnya, total mengonsumsi energi sebesar 79 Watt. Jika dibandingkan, akan ada penghematan energi listrik sekitar 60 persen. Cukup besar bukan?
Selain lebih hemat energi, lampu LED juga mudah dibentuk untuk menyesuaikan kondisi ruangan. Tak heran jika sejumlah bangunan di Indonesia sudah menggunakan LED untuk penerangan maupun estetika ruang. Diantaranya Jembatan Suramadu, Monas, Jembatan Ampera di Palembang, dan lain sebagainya.
Di rumah, lampu-lampu LED itu saya pasang di teras, ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi. Ketika dinyalakan, cahayanya 11-12 dengan LHE. Malah di ruangan tertentu – tergantung warna tembok dan besar ruangan, cahayanya lebih terang, namun tidak ‘menusuk’ mata.
Lagipula LED ini tidak menghasilkan pancaran panas seperti lampu konvensional seperti LHE atau bulb (bohlam) sehingga suhu ruangan tidak ikutan panas. AC pun bisa disetel ulang skala dinginnya, sehingga lebih hemat energi listrik.
Walau begitu, gaya hidup hemat listrik pun tetap dibutuhkan. Minimal mematikan lampu ketika meninggalkan ruangan, atau menggunakan perkakas elektronik sesuai kebutuhan.
Ada yang sudah menggunakan LED di rumahnya?
ane juga semua lampu di rumah sdh pkai led. tp merk yg harga nya murah, spt.. KYUZUKU, SIBATIQ, ATN, INDIR, ITAMI, DIGNITY dll. tp ane paling suka merk DIGNITY krn lbh terang drpd yg lain. merk DIGNITY 7 watt cuma rp15.000 sama terang dg merk lain yg 12 watt harga nya rp22.000, krn lampu nya besar. merk DIGNITY juga casing nya bgus, serangga tdk bsa masuk, tp merk DIGNITY tdk bsa beroperasi pd tegangan naik turun. kalau merk KZUKUKU, INDIR, ITAMI, casing nya bnyk lobang nya, serangga pada masuk tp bsa jalan di tegangan naik turun. kalau SIBATIQ mungil mungil dan imut lampu nya.
aku masang siji tok, liane nunggu tornado modyar nembe bganti… eman, rep digawe opo jal bekasane, biopori ra doyan LHE po maneh BULB 😀
mbok pangan ae su
#jarankepang
Bhuahahahaha
Opokon Mblo? Samblegh combsteer sisan
Uncali sein ngampleh eyang edo waeeee. . . .
Ane pk yg hannocs dirumah…. Mantab, udah 2 tahun menuju tahun k tiga
#waiki
saya masih make yang model spiral, mau ganti LED gak yakin umurnya manjang, listrik PLN gak pernah manteng tegangannya di 220V. cuma berkisar di 200V, jam 5 sore sampe jam 9 malam, tegangan makin turun sampe ke 180V. Ini yang bikin lampu dan perkakas listrik lainnya jadi gak umur panjang. Salam kenal
Salam kenal mas bro.
Lha itu, tegangan LED malah bisa ndlosor sampai 180 Volt dan (diklaim) tetap bisa hidup 🙂
hm..dulu ada product dari OSR*M utk R. Tidur, jd ada 2 dalam 1 lampu :led 0.5W dan LHE 10W, jadi hemat nya terasa 🙂 tp skrg sdh gk ada lg 😦
skrg di rumah hampir semua pake LED dg daya 2200W tuk pemakaian, ac (1pk & 1/2pk klo tidur saja nyalanya), kulkas, aquarium (dg filter & lampu), TV flat, mesin pompa air, mesin cuci sebulan sekitar 260rb
Weleh, 2200 Watt, dengan perkakas elektronik sebanyak itu dan AC dua unit, kok tagihan listriknya cuma segitu ya? Emang lampu penerangan berapa biji mas bro?
aku beli merk KEIBU
aku beli 2 buah, yang satu 5 watt satunya 3 watt
walau merk tak terkenal tapi mahal juga
Berapa harganya pakde?
hemm..kalo saia baru pasang 3 biji, philips 5 watt 2 biji, sama 9 watt sebiji
penurunan konsumsi, kayaknya belom kerasa banget, kecuali serumah ganti semua
nunggu rejeki lebih aja mau ganti semuwa..
Iya. Sepertinya emang harus ganti LED semua biar ‘nendang’ 🙂
Tagihan listrik turun brp % ???
Ya belum ketahuan. Masangnya aja baru seminggu. Tahun depan baru ketahuan cak 🙂
tagihan listrik malah naik cak
kan cuk nadi pasang tipikabel plus high bandwith internet
#BOTTELKOM
Ho oh cak. Betul. #naikpitam karena #BOTTELKOM
ane udah. phillip. karena waktu itu panasonic ama osram blom keluar. apalagi strom sama hannochs.
sinarnya lebih terang, tapi hawanya lebih adem. hemat listrik dan awet. (tapi mbuh sampe brp taun, wong baru pake barang setahun dua tahun)
emejing. padahal kalo secara fisik, lampunya lebih kecil.
Ho oh. “Bodinya lebih singset kaya mbak warteg,” kata #jamingram
mosok adem, krasa ngono
Iya pakde. Kerasa adem. Lampu LED itu kan zonder radiasi UV dan panas. Monggo gugling 🙂
ndang tukuo rasakan perbedaannya
anyway, di alpamart lagi diskon buat phillips tuh. cuma 49 rebu.
yang 7 watt 69 rebu.
*nunggu amplop dari phillips*
*uncali amplop kaji rongsok hayabusa