Tak sengaja saya melihat kolase foto di dinding sebuah warung makan Padang. Dari kumpulan foto itu, saya tahu, Bang Zul, si pelukis baliho, sedang menunjukkan masa jaya lukisan baliho. Saya tak tahu persis tahunnya, dari deretan foto, saya perkirakan periode awal 90an.
Mendadak, ingatan pun berkelebat cepat ke masa 80an.
Saat itu, di Solo, tetangga saya yang berprofesi sebagai tukang lukis poster bioskop resah. Order melukis poster bioskop di lembaran kain – biasa dipasang di atas gedung bioskop – kian menurun.
Sepi order. Kalah dengan teknologi cetak kain yang hasilnya lebih bagus dan realis. Beruntung dia masih punya ketrampilan lain, sehingga manajemen bioskop memindahnya ke bagian desain ruang. Sesekali tetangga saya itu nyambi menjadi penata dekorasi pernikahan.
Kembali ke Bang Zul yang tidak saya kenal. Menurut ibu penjaga warung Padang, salah satu kerabat si pelukis, tak ada lagi garapan melukis baliho di papan tripleks. Kalah dengan pelaku bisnis mesin cetak baliho modern.
Saya kira, tak hanya Bang Zul seorang yang terkena imbas teknologi cetak. Bisa jadi, para pelukis baliho di lain tempat mengalami hal serupa.
Robot pelukis itu memang memudahkan konsumen membuat baliho sebesar apapun dalam waktu singkat. Medianya tak lagi tripleks, tapi kain plastik yang banyak digunakan untuk kampanye caleg itu.
Ketrampilan melukis Bang Zul pun kini berpindah ke kanvas. Di warung Padang itu, ada beberapa lukisan berbagai ukuran menempel di dinding. Dari lukisan foto profil sampai pemandangan. Harganya bervariasi. Dari ratusan ribu hingga jutaan.
Laku? Tidak juga. Kata kerabatnya, Bang Zul, tak lagi menyewa kios di Tamini Square karena harga rentalnya tinggi. Kini, melukis hanya sebatas orderan saja, kata si kerabat.
Saya tersenyum kecut sembari melirik pigura-pigura lukisan di dinding warung. Di zaman nan cepat ini, keahlian saja tidak cukup untuk bertahan.
Lalu apa yang diperlukan?
Saya suka sajian tulisannya, lompat kesana kemari tapi tetap asyik diikuti… 🙂
keahlian seni yg dikalahkan teknologi… miris..
lawan dg inovasi dan kreatifitas
keahlian dan modal finansial serta nasib baik itu yang diperlukan untuk ber-usaha di jaman sekarang
http://tafri22.wordpress.com/2012/02/26/ganti-kampas-rem-depan-jupiter-mx-sendiri/
Sg ilang ng blog iki,ngaji kemisane ndi om,kangeeeen(lebay mode on)
pole kelingan hadits iki
Berkata shahabat ‘Aly r.a.;
‘Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu.’
Zaman terus berubah, awak ndewek kudu iso menjawab tantangan zaman,
hmmm…
kiro2 yo’opo 20 taun engkas yo…??
Yang dibutuhkan adalah: adapatasi 🙂 kemampuan untuk berantisipasi dan menyesuaikan dengan keadaan…
perlu kedekatan dengan pemeberi duit, kadang idealismepun dijual demi duit, asal jangan jual isteri Kangmas 😀
keahlian memang masih kurang
masih dibutuhkan kecerdasan dan komunikasi, serta networking.. << gak punya semua itu lebih baik jadi PNS aja 😀
hhmmm… tergerus jaman…