Tak dinyana, biji-biji rambutan yang iseng ditanam anak saya di halaman depan tumbuh menjadi bakal pohon. Di sebelahnya, buah bintaro yang saya masukkan ke lubang biopori muncul menjadi cikal pohon.
Jika tidak dipindah, nanti akan membesar dan tidak teratur lokasinya. Dicongkel lalu dibuang? Astagfirullah, nurani saya terlalu halus untuk perbuatan keji seperti itu π
Ok, saatnya gardening. Beli polybag, sekam bakar, dan pupuk kandang. Bakal pohon bintaro yang ada di lubang biopori saya congkel perlahan. Bersama tanah, sekam bakar, dan pupuk kandang dimasukkan ke polybag.
Begitu pula dengan 3 bakal rambutan dan 1 tunas kuping gajah. Tanah saya ambil dari lubang biopori lawas yang sampah organiknya sudah menjadi kompos. Lubang biopori itu saya buat 6 bulan lalu.
Tiga lubang biopori lainnya, sudah penuh dengan sampah organik sisa dapur dan makanan. Bagian atasnya, saya beri lapisan tanah tipis, dan di atasnya ditutup polybag rambutan. Nantinya, sampah organik itu akan menjadi kompos dalam 2-3 bulan.
Karena taman saya cuma seuplik, untuk sementara rambutan dan bintaro itu bersemayam di polybag. Sambil mencari lahan, lokasi, dan orang yang mau merawatnya agar menjadi pohon seutuhnya.
Menjelang sore, gardening pun usai. Sembari nyeruput teh tubruk dan tape goreng tepung bikinan sendiri, memandang secuil taman hijau memang bikin pikiran hening dan bening. π
Jangan lupa di kasih pupuk Urea PKT atau NPK super atau Ze Organik… biar tambah hijau….
***iklan pupuk
http://joetrizilo.wordpress.com/2012/02/21/lomba-desain-logo-mobnas-sang-surya-universitas-muhammadiyah-surakarta/
Sori ye,pupuk cukup pakai alami saja. Hidup weduz. Stop pembodohan petani!
Ze Organik itu dari bahan kotoran sapi loh!!!! apa bedanya weduz dan sapi???
Ambune kotorane beda. . . . xixixixi
kekke aku kene… tak tandure kang π
Jare Awakku, sing sabar ngunduh uwohe
cak alon yo seneng nandur nandur toh..
bener banget . . . .
gak salah memang gardening bikin kita lebih penyabar dan penyayang
keep brotherhood,
salam,
perbuatan keji ??
wekekekek…
ndongkel’e karo moco bismillah paklik…
imho, tanaman dari biji, gedhene kurang cepet nak dibanding karo pembiakan via jaringan kultur… dadi sing sabar yo ngenteni nguwoh’e
wkwkwkwkwkwk…
ndek komplekku nandur jati, sing via jaringan kultur cepet gedhe, tur batang’e lurus… lha sing biasa, tukul’e lambat tur wit’e pathing plengkung
Memang, taneman dari biji memang lebih lambat tumbuhnya. Itu pasti. Saya hanya berusaha “menyelamatkan” biji yang terlanjur tumbuh. Kasihan kalau disia-siakan. Sejujurnya, saya terinspirasi Komunitas Ciliwung yang secara berkala memulung bibit di bantaran sungai untuk dibudidayakan. Rencananya sih akan saya sumbangkan ke komunitas tersebut. Melok nyumbang uwit jati po? π
yo..yo…yo….
mulakno.. nak nebar “benih” ojo sembarangan.., nak wis “dadi” baru bingung.. (berlaku untuk semua jenis “benih”)
hahahaha…
Jati saiki ditandur… 15 taun engkas nak iso dipanen, paling gak iuran RT iso ditiadakan, garek negor wit 1 ben ulan…hehehehehe
Lha mendingan nandur emas ae kang? 15 taon iso nggo tuku omah se RT hihihi
assekkk
Gardening…lupakan ban bunting, knalpot menguning dan oblak @comb steering