Saya tak suka sepakbola. Tak mudeng aturannya. Ora ngerti kok bisa off-side? Meski kadang suka menikmati tendangan-tendangan spektakuler yang di hi-lite stasiun televisi. Gempita tim nasional sepakbola Indonesia yang mewarnai jagad media massa, dunia maya, lengkap dengan bumbu naturalisasi dan selebriti mengejar sana-sini, membuat saya merenung.
Lihatlah, puluhan ribu penonton di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, yang berteriak dan berjingkrak melampiaskan emosi, kegemasan, kegembiraan, kepuasan, dan entah apa lagi ketika setapak demi setapak timnas berhasil masuk babak final. Namun, saya tak peduli timnas bakal menang melawan Malaysia pekan depan. Mereka telah berjuang keras untuk itu.
Sepakbola butuh kekompakan. Tak hanya untuk menang, tapi bagaimana bermain cantik di lapangan. Itulah kenapa peran kapten dan pelatih begitu vital. Merekalah yang memimpin timnya agar tampil maksimal saat merumput. Sekali lagi, ini bukan soal kalah dan menang, walau dalam pertandingan olah raga merebut gelar juara itu mutlak.
Melihat jutaan rakyat Indonesia berteriak-teriak: di dalam café saat nonton bareng, digang-gang kampung di depan televisi 14 inci, di atas tikar lahan komplek dengan proyektor pinjaman, live twit di ranah daring, berdesakan di ruang tamu nan sempit. Ah, jangan-jangan kita ini sedang merindu sesuatu.
Jangan-jangan kita merindu pemimpin yang tak ragu-ragu.
Jangan-jangan kita merindu pemuka agama yang tak hanya pandai berkata-kata.
Jangan-jangan kita merindu kekompakan yang tak goyah diseret partai dan para pebisnis oportunis.
Jangan-jangan …
*note : foto by Yosep Arkian (Tempo)
Selebihnya jangan sekali-kali berfikir untuk mendatanginya meski sebatas penasaran dan sekedar ingin tahu apalagi untuk mencari solusi darinya naudzubillah.
Orang Indonesia rindu banget atas prestasi!
Kita rindu nasionalisme… maklum apa-apa melempem, kita butuh potret supaya bisa bangga kembali!
“jangan-jangan samakan… aku dengan yang lain…”
dangdut jadul mode ; ON
Euforia seperti ini (saya rasa) terakhir kita alami saat elias pical jadi juara dunia belas Bantam IBF… hampir semua rakyat ngomongin, mbahas, dan nonton… hampir semua tivi membahas (dulu cuma tvri ya..)… Semuanya pada bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Saat christ john juara, gak begini2 amat..
Imho, rakyat2 kita sedang krisis2nya rasa kebangsaan. dari ulah koruptor, preman jalanan, sampai pemimpin yang sulit dicari sisi teladannya. mahasiswa pada lemparan2 batu. Begitu ada momen yang “seperti ini” sepertinya kita pada bangun dari lamunan kita…”masih ada lho yang bisa dibanggain dari Indonesia”…
Finally penampilan Timnas akhirnya bisa menutupi ke”naudzubillah”an ketuanya.. 😀
iya memang saya merindukan suasana dimana bisa berteriak bersama mendukung keberhasilan negara ini…
sepak bola bisa membangkitkan semangat ditengah2 ketidakpastian..
Apakah kita memang butuh musuh bersama untuk bersatu seperti Timnas? he..
trima kasih buat artikelnya pak..
– Rizal –
sama euy ga suka bola.. tapi dukung doa aja smoga timnas bisa juara 🙂
jangan-jangan aq rindumu padamu karena jarang nongolin artikel 😀
Gue juga nonton bola karena Nasionalisme aja…
http://blogpakyo.wordpress.com/2010/12/21/semoga-balap-nasional-tidak-seperti-sepak-bola/
maksudnya jangan jangan kita rindu perang gitu gan..???
merindukan kejujuran, salah ya dikasih kartu merah 😉
btw, itu mbaknya dicium sapa ya, yg nyium pake lipstick merah putih