“Nggak mau pakai helm. Temen-temen juga nggak apa-apa naik motor ke sekolah nggak pakai helm.” (Nadifa, 6 tahun).
Sambil menangis, Nadifa, putri saya, nggak mau mengenakan helm. Dia takut jepit rambutnya lepas. Yang membuat saya terhenyak adalah alasannya: temen-temennya nggak apa-apa diantar ke sekolah naik motor nggak pakai helm.
Sekian detik saya membiarkannya menangis, sambil berpikir bagaimana membujuknya. Alhamdulillah, Allah SWT memberikan petunjuk. Saya ingat, waktu mengajak keluarga nonton Indonesian International Motor Show (IIMS) 2008. Kalau itu anak saya sangat senang dengan atraksi ASIMO.
Robot pintar itu berpesan agar hati-hati di jalan. Sebelumnya, saya ajak Nadifa ke workshop safety riding untuk anak-anak di boothnya JDDC. Di sana, anak saya dan sejumlah anak-anak lain mengikuti sekolah aman berkendara.
Saat sesi di dalam kelas, para pengajarnya memberikan materi yang sesuai dengan usia anak-anak, lengkap dengan video animasi yang lucu. Selanjutnya, dalam sesi praktek menggunakan motor listrik, anak-anak diajari menggunakan helm dan mengenal rambu lalulintas.
OK, saya akan membujuk Nadifa dengan memancing ingatannya tentang ASIMO. Alhamdulillah, anak saya tersadar. Tangisnya berhenti, dan mulai bercerita kapan ketemu ASIMO lagi? “Kalau naik motor harus pakai helm ya Yah?,” kata dia sambil melepas jepit rambut dan mengantonginya.
Malamnya, pada hari yang sama, saya ajak dia bercerita soal helm dan kepala. “Biar aman dan kepala nggak benjol,” ujarnya. Saya jelaskan juga – sambil melirik istri saya yang kadang masih malas pakai helm untuk jarak dekat – bahwa tubuh kita itu tidak ada sparepartnya. “Coba, mana ada yang jual lutut, sikut, atau kepala?,” kata saya sambil ditimpali tawa istri dan anak.
***
Saya tidak heran kenapa seolah-olah kesadaran berkendara di Indonesia itu stagnan. Sangat sulit mengubah perilaku semprul di jalan raya. Saya melihat, akar permasalahan ada dalam pendidikan di keluarga.
Kita semua tahu, anak kecil itu paling gampang mencontoh lingkungannya. Dia akan menyerap begitu saja apa yang dilakukan orang tua, saudara, teman-teman, dan lingkungan terdekatnya. Anak-anak, remaja, anak muda butuh patron. Simbol. Teladan untuk ditiru.
Dulu waktu saya masih sekolah dasar, dinding kelas ditempel poster lambang rambu lalulintas. Bahkan, saat itu, ada pelajaran menghafal simbol-simbol itu. Saya lupa, mata pelajaran apa yang salah satunya membahas soal rambu lalulintas.
Seperti pelajaran mengaji. Jika waktu kecil sudah diajari baca tulis Al-Quran, dewasanya akan tetap nyantol di kepala. Mudah untuk meluruskannya jika melenceng.
Sekali waktu, saya mengintip dinding kelas beberapa sekolah dasar. Tak ada sama sekali poster lambang lalulintas yang tertempel. Diperparah dengan sikap permisif para orang tua yang menyepelekan aturan berkendara.
Jadi jangan semata salahkan para remaja yang sruntulan di jalan raya. Jangan-jangan kita sendiri yang mengajarinya?
Semoga kita selalu dikaruniai hidayah dari Allah SWT. Amiiin!
setuju pak nadi, saya sudah mengalami sendiri betapa bermanfaatnya ajaran orangtua dalam berkendara 🙂
klo anak saya malah seneng bgt pake helm, mungkin karena biar cuma ke warung saya selalu pake helm, jadi dari kecil dia selalu liat saya klo naik motor selalu pake helm, walupun sering bgt tetangga ngeledekin, mau balapan pak, pake helm ampe segitunya.
aaaamiiiiinn..
saya juga kadang2 lepas helem.. tapi lebih sering pake helem hehe..
yup sedini mungkin anak musti dikenalkan dengan budaya safety ini
sehingga ketika ia besar menganggap helm dan perangkat keselamatan lainnya merupakan kebutuhan . . . bukan hanya sekedar agar nggak ditilang polisi
salam knal bro nadi,artikel yg bagus,
kalo anak saya umur 3,5th malah yg minta dibliin helm,tp te2p yg namanya anak2 hrs pake yg ada gambar narutonya,
bae the we nama anaknya nadifa sama kaya nama saya bro,
Durung nduwe anak ki..absen thok waelah..
Seperti anak saya yg masih 4th kalau di suruh pake helm kadang mau kadang kagak…alasanya berat…
Wah,kalo saya sih dh diajarin dr kcil kalo naek motor ya pake helm 😀
Kalo g pake ntar ndak kalo jatoh kepalax sakit, ato kalo ada polisi kena tilang 😀
ada ga SD yg memajang foto ASIMO di kelas…
standarnya sih foto pres, wapres, garuda di atas papan tulis 🙂
tambahi meneh, heh
nek koment nang kene ora ketok nomere ya
njajal shortlink
http://.http//wp.me/pxYt7-6K
http://.http//wp.me/pxYt7-6Y
very nice article…
ayo kita mulai dari entitas terkecil, yaitu keluarga… 🙂
satu lagi. maklum lagi di perjalanan malam.
cari hiburan. Satu komen lagi nyampe rumah.
btw banyak yang menjadikan anaknya sebagai tameng angin tuh.ga pake helm lagi.
Maskur tahajud pertamax ki…
Setahuku KYT helm anaknya sudah SNI. Coba wae golek.
*entuk lengo klentik*
lagi musim nek komen borongan.hehehe
ngecer sisan. btw serius ni. helm anak ada yg udah SNI blum ya kang?merk apa n harga brapa?
premium juga.
pertamax plus. anakku manut untunge.
pertamax plus. anakku manut untunge