Komposter An-Aerob


Keselamatan diri sendiri tentu akan lebih afdol bila menyertakan keselamatan lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini upaya untuk keselamatan lingkungan hidup. Lebih dari setahun lalu, saya berusaha keras membiasakan diri (dan keluarga) memisahkan sampah organik dan an-organik.

Kebetulan pada akhir 2006 saya bertemu dengan staff Unilever yang menangani persoalan lingkungan, di kantornya, Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Dari situ saya mendapat ilmu pengkomposan melalui komposter aerob dan an-aerob (tanpa udara). Komposter aerob ala Unilever Peduli (UPI) saya kurang tertarik, karena proses pembuatannya agak rumit, dan cenderung mahal. Belum lagi biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan dasarnya lumayan mahal, gak cocok untuk orang kampung seperti saya ini…hehehe..

Saya pilih model komposter an-aerob, karena gak terlalu rumit, dan ringan di ongkos. Lagi pula komposter jenis ini PEMAKAN SEGALA sampah organik. Dari nasi basi, roti, bekas sayur, kulit telur (diremuk dulu), sisa ikan, dan lain-lain. Pokoknya sampah organik yang mengandung protein, dan bakal menimbulkan bau busuk dalam proses penguraiannya.

Sebenarnya bisa saja langsung digali di tanah (seperti cara Pak Sobirin yang baru belakangan saya nemu situsnya). Karena halaman saya kecil, saya pilih pakai tong plastik yang mudah dipindah bila diperlukan. Tong juga praktis, karena ada tutupnya.

Untuk komposter Aerob (sampah organik segar), saya pakai model karung ala Pak Sobirin. Karena murah meriah. Apalagi MOL-nya (mikro organisme lokal-sebutan kesayangan Pak Sobirin) bikinan sendiri, dari bahan dasar tapai singkong (peuyeum, gula pasir/gula merah, dan air).

Ini cara membuat tong komposter An-Aerob :

1. Pipa PVC diameter 1,5 inchi, ukuran 1 meter, dibagi 4 @ 25 cm. Pipa ini fungsinya sebagai “pernafasan” melalui tanah, karena proses kompsonya tak perlu udara (an-aerob). Pipa dibolongin pakai bor atau solder. Lalu salah satu ujungnya ditutup dop. Pipa dibungkus kawat nyamuk (plastik) dan di lem.

2. Tong plastik ukuran sedang (sesuai keinginan). Harganya (di tempat saya, Cibinong) sekitar Rp 30 ribu. Badan tong dan pantat (dasar) dilobangi pakai bor ukuran 10. Lebih banyak lubang semakin bagus.

3. Setelah dirakit, tong ditimbun ditanah. Sebelumnya masukan dulu kerikil secukupnya, diikuti pasir, dan ijuk.

4. Timbun sampai penuh, hanya bagian tutupnya yang nampak. Ratakan dan tanami rumput di sekitarnya. Komposter siap digunakan.

Di rumah saya ada 3 komposter semacam ini, 2 tong ukuran sama, dan 1 tong lebih besar. Dua tong itu sudah penuh dalam waktu setahun, dan sekarang sedang dalam proses kompos. Kenapa penuh? Karena dulu semua sampah organik saya masukan ke tong-tong itu. Lagi pula saya malas mencacahnya kecil-kecil. Setelah dapat ilmu baru dari Pak Sobirin, kini sampah organiknya saya pilah-pilah lagi. Yang segar saya masukin komposter karung (aerob) dan MOL, yang sisa makanan saya masukin komposter an-aerob.

Kembali ke komposter an-aerob. Tong kecil pertama, pernah saya panen akhir 2007 lalu. Dari awal kira-kira butuh waktu 10 bulanan untuk bisa dipanen. Setelah dipanen, dijemur dulu, agar tidak terlalu basah. Panenan pertama itu belum saya pakai sendiri, tapi saya berikan tetangga yang mau memupuk tanamannya.

Sebelum lupa, bila berniat menggunakan komposter jenis ini, Anda harus siap lahir batin. Pertama, ada ratusan belatung di dalamnya selama proses pembusukan. Ukurannya cukup membuat Anda geli. Tapi karena saya sudah berniat dan terbiasa, hal itu bukan hal yang menjijikan lagi. Bahkan ada warga kampung sekitar kompleks yang memintanya untuk dijadikan umpan memancing. Dia biasa cari belatung di tumpukan sampah yang kotor. Ini belatung saya lebih “bersih”, hehehehe…..

Bau? Tentu saja, karena prosesnya khan mirip dengan septic-tank rumah kita. Coba kalau septic-tank dibuka bagaimana baunya? jangan khawatir baunya masih “normal” kok, tidak sebusuk septic-tank. Ya agak-agak mirip comberan gitulah. Lagi pula membukanya hanya sebentar, ketika Anda memasukkan sampah organik basi ke dalamnya. Habis itu tutup lagi. Beres.

Untuk jenis sampah organik basi, seperti yang saya sebutkan di awal tulisan, komposter jenis ini sangat berguna. Saya suka jenis ini karena POWERFULL mengolah sampah organik basi yang sangat mengganggu lingkungan sekitar kita bila dibiarkan ngendon di tempat sampah konvensional.

Tertarik?

29 pemikiran pada “Komposter An-Aerob

  1. salam pak Adhi,
    numpang tanya nih,saya ingin membuat sendiri mini komposter skala rumah tangga yg pake timba plastik kira2 ukuran 20-30 liter-an.
    kalo punya pak Adhi kan lindinya dibuang ke tanah, saya tidak ada lahan buat tanam tongnya,jadi sekalian aja kenapa enggak manfaatin lindinya, maka dari itu saya ingin membuat komposter yang lindinya bisa saya pakai sebagai pupuk cair.
    tapi gimana ya cara membuatnya?
    makasih pak buat bantuannya.

  2. Saya mau menanyakan bagaimana dengan gas2 yang dihasilkan seperti gas metan (CH4) dan gas2 lainnya (H2S,CO2)? Dikemanakan gas2 tersebut? Tolong dibalas melalui email

  3. Mengingat Komposter ini merupakan an-aerob, seandainya pipa PVC tidak digunakan apakah berpengaruh? atau ‘lubang pernafasan’nya diganti dengan melubangi sisi tong apakah bisa seperti itu? jika dibandingkan dengan komposter pak sobirin yang dibuat langsung pada tanah, tidak ada ‘lubang pernafasan’ nya juga.. thanks

  4. Asslm..
    Alhamdulillah sdh banyak org2 seperti mas nadi (atau Nugroho Adhi ya mas…) & Pak Sobirin melalui blognya msg2….

    Sy jg sangat ingin menerapkan sadar lingkungan, mohon dijawab pertanyaan mengenai cara an-aerob ini :
    1. dengan menimbun di dalam tanah, bagaimana di waktu hujan ya mas? apakah isi bahan2 di dlm tdk terpengaruh (mksd sy apakah air hujan tidak meresap/menggenangi bhn2 di dlm tanah tsb)
    2. hasil dari kompos jadinya… setelah didiamkan sj apakah akan berbentuk seperti tanah (krn yg terlihat di gambar seperti endapan di dlm got ya mas?? hehe)
    3. kl prinsipnya tdk memerlukan udara, apakah bisa dibuat di dlm gentong saja (seperti gentong kendi besar terbuat dr tnah liat)yg ditutup rapat2 sehingga tdk perlu dikubur dlm tanah ya mas… maklum sy perempuan… jd mw mencari2 alternatif yg praktis tp tetap mengikuti prinsip dr pengomposan anerob..

    Terimakasih banyak mas…. sangat ditunggu jwbnnya..

    1. Jawaban 1:
      Komposter saya tiap hari kena hujan dan panas. Air akan meresap langsung ke tanah, karena dasar komposter dan dinding komposter yang terbuat dari tong plastik dilubangi. Banyaknya lubang disesuaikan dengan dimensi tong. Semakin besar, lubang semakin banyak. Diameter lubang antara 3-4 cm.

      Jawaban 2:
      Bahan organik (sisa sampah dapur dan sisa makanan) akan terdekomposisi secara alami. Untuk mempercepat dapat ditambahkan aktivator seperti EM4 dan semacamnya. Komposter saya, penuh dalam jangka waktu 8-11 bulan. Ini tergantung besar komposter dan jumlah anggota keluarga.

      Setelah penuh, diamkan dan jangan diisi sampah organik lagi. Cukup 3 atau 1 minggu sekali disemprot EM4. Jika menimbulkan bau, selain disemprot EM4, taburkan tanah di atasnya tipis. Kira-kira setebal 1-2 cm lapisan tanahnya.

      Setelah beberapa bulan, bahan sampah organik tadi akan menyusut dan berubah menjadi seperti tanah.

      Jangan kaget ya jika nantinya akan ada belatung. Itu karena sampah dapur (sayur, daging, dll) biasanya sudah “membawa” parasit dari asalnya. Tapi jangan khawatir, jika penutupnya rapat belatung tidak akan berkeliaran.

      Malah jika mempunyai peliharaan ayam, belatungnya dapat diberikan sebagai pakan. Lepas saja ayam itu disekitar komposter untuk memakan mahluk pengurai itu.

      Jawaban 3:
      Gentong tanah liat dapat digunakan. Asal dasar dan dindingnya dilubangi. Atau buat komposter anaerob seperti milik Pak Sobirin. Digali langsung di tanah, bibir atasnya diplester, dan tutup pakai cor-coran beton tipis. Lebih murah membuatnya.

      Meski ditanam dalam tanah, tetap memerlukan lubang resapan, agar air lindi terserap langsung ke tanah.

      Terimakasih. Semoga berguna. Salam,
      Note : jawaban juga saya kirim melalui email yahoo Mbak Mona.

      1. terimakasih mas atas jawabannya..

        nanti kl sdh sy jalankan akan coba sy tampilkan foto2nya… spy bs membuat semakin bnyk org tergerak untuk mau peduli dgn lingkungan…

        krn kl lingkungan sekitar bs kita kelola sendiri dgn baik, sepertinya sangat menyenangkan ya mas (rasanya puas begitu..)

        semoga sukses,

        Wsslm

  5. Salam Pak,

    Alhamdulillah.. syukur. Akhirnya berjaya juga komposter an-aerob saya disiapkan setelah kembali dari kantor semalam. Buat percubaan saya hanya menggunakan bekas tong cat bersaiz 18 liter terlebih dahulu. Unjuran bapak agar ianya dikongsi bersama teman2 dan tetangga juga telah saya usahakan. Cuma seperti biasa mereka bertanyakan keberkesanannya. Sebetulnya saya sendiri tidak bisa menjawab memandangkan saya juga pertama kali mencuba. Selepas subuh pagi tadi saya telah mula mengisi bahan2 ke dalam komposter tersebut spt nasi basi (ada yg dah berjamur), sisa2 sayur dan tulang2 ikan. Saya masih optimis menggunakan MOL ala Pak Sobirin sebagai starter dan saya tambah 2 genggam tahi ayam sebagai pemangkin.

    Harap bapak bisa membantu perkara di bawah :-

    1. Bolehkan biskut2 yg telah tamat tempohnya dijadikan bahan kompos? Adakah ianya dikira bahan organik jugak.

    2. Adakah cara2 tertentu untuk menyimpan kompos yang telah siap dihasilkan. Ataupun dibiarkan sahaja di dalam komposter dan hanya dikeluarkan bila sampai masa untuk digunakan. Sekiranya begitu, bolehkan kompos2 yang terhasil dari kaedah an-aerob dikeluarkan dan disimpan didalam komposter aerob?

    3. Melihat kepada kuantiti kompos yg dihasilkan oleh bapak, kuantitinya dikira agak lumayan. Saya andaikan bapak juga melakukan penanaman sendiri samada bunga-bungaan atau sayur-sayuran. Adakah bapak hanya bergantung kepada penggunaan kompos sahaja atau menggunakan baja2 tertentu utk penanaman. Bisa di kongsi Pak, sekiranya mempunyai pengetahuan dalam pengahsilan baja tanaman dan juga penghalau serangga perosak dengan menggunakan sisa2 dapur atau bahan organik yang lain.

    Maaf Pak, soalannya agak bayak dan panjang-panjang. Sebetulnya saya sendiri mengusahakan penanaman hidroponik untuk sayuran keperluan rumah. Sekiranya berhasil secara organik saya ingat mau bertukar. Ialah, kos yang tinggi dan kesukaran mendapatkan baja hidroponik jugak memainkan peranan. Yang paling penting saya lebih menyukai kaedah organik. Lebih sihat dan hasilnya lebih enak.

    Sekian Pak… terima kasih atas tunjuk ajar.

    1. Pak Zach demikian jawaban :
      1. Biskuit, kue, roti dan semacamnya boleh dimasukkan ke dalam komposter an-aerob. Tulang ayam, tulang ikan, tulang hewan, juga boleh dimasukkan. Tulang-tulang ukuran besar sebaiknya dipotong-potong dulu, ukuran sekitar 3 cm, agar komposter tidak cepat penuh. Sisa sayuran yang besar-besar juga dipotong dulu, ukuran (size) 3 cm.

      2. Saya biarkan komposter penuh bahan organik. Selanjutnya pindah ke komposter an-aerob 2. Jika komposter 2 penuh, pindah ke komposter 3. Jika komposter 3 penuh, komposter 1 siap dipanen. Tapi ini tergantung anggota keluarga di rumah. Saya bertiga (anak, istri), komposter 1 (30 liter) penuh dalam waktu 3 bulan. Jadi saya panen kompos di komposter 1, butuh waktu sekitar 9 bulan. Bisa saja komposter 1 saya panen di bulan ke 4,5, atau enam. Tapi lebih baik saya diamkan hingga benar-benar menyatu dengan tanah.

      3. Kompos saya sebagain diminta tetangga, sebagian lagi untuk aktivator di komposter an-aerob, dicampur tanah dan dedaunan. Untuk tanaman, hanya saya sebarkan di sekitar tanaman. Kompos an-aerob saya juga saya masukkan ke dalam lubang biopori, sebagai aktivator sampah organik juga.

      4. Cara membuat pestisida organik ada di blog Pak Sobirin. Atau bisa juga di : http://petanidesa.wordpress.com/2007/02/03/cara-membuat-pestisida-organik/

      atau di :
      http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=diskusi&op=viewdisk&did=1395

      atau cari di google, kata kunci “membuat pestisida organik”.

      5. Memang bahan organik lebih sehat.

      Semoga bermanfaat.
      Salam

  6. Terima kasih Pak… macam mana kalau EM4 tidak digunakan Pak… adakah pengomposan tidak berhasil atau sedikit lambat. Atau mungkin ada benda-benda lain yang boleh diguna pakai untuk menggantikan EM4 tersebut.

    Sebetulnya saya sendiri sudah keliru dengan pembacaan tentang EM ini. Dari Em ke EM1,2 hinggalah EM 5.

    1. Pak Zahc, jika tidak menggunakan EM4 atau MOL, pengomposan akan berlangsung lambat, atau malah tidak terjadi pengomposan.

      Contoh : Sampah organik kering dan basah yang diletakkan di tanah tanpa diberi aktivator proses penguraiannya berlangsung lebih lama, karena mengandalkan mikro organisme di tanah saja.

      EM4 (effective microorganisme 4). Di Malaysia atau tempat lain, mungkin dapat dicari dengan nama compost activator (aktivator kompos). Saya yakin di tempat tinggal Pak Zach banyak toko penjual aktivator kompos itu.

      Salam,

  7. Pak Nadi,
    Terima kasih atas penerangan yang cukup detail. Semoga Allah SWT mempermudahkan segala usha bapak.

    Sebetulnya EM4 tu hanya saya pernah dengar namanya sahaja. Kalau kita semprotkan menggunakan MOL seperti yang dihasilkan oleh Pak Sobirin tu bagai mana pak. Adakah kesannya sama sahaja. Saya punya perancangan komposter an-aerob ini hanyalah untuk pengomposan sisa2 dapur spt nasi dan sayur2an dan lauk2. Adakah masih diperlukan EM4. Kalau untuk komposter aerob memangnya cadangan saya menggunakan MOL spt yang dilakukan oleh Pak Sobirin.

    Harap soalan2 saya tidak membebani pihak bapak.

    1. Pak Zach, Amiiin!!! atas doanya. Semoga Allah SWT juga memberikan kesehatan dan anugerah kepada Pak Zach dan keluarga.

      Soal EM4, saya baru mencoba beberapa minggu ini. Dan hasilnya, untuk sampah organik dapur ( sisa sayuran, bekas masakan, sisa daging, dan lain-lain) lebih mantap. Itu karena mikroorganisme yang ada di dalam EM4 lebih lengkap. Saya beli EM4 khusus untuk limbah organik padat seperti sampah dapur. Bau juga berkurang, apalagi jika ditaburkan serbuk gergaji, kompos jadi, dan tanah. Takaran EM4 untuk limbah itu, sesuai dengan aturan di botolnya, cukup 10 ml untuk 1 liter air.

      MOL Pak Sobirin, cukup powerfull untuk mengkomposkan sampah organik kering (daun tanaman, rumput, dan lain-lain). Walau bisa juga menggunakan EM4.

      Jadi, di rumah saya menggunakan Mol Pak Sobirin untuk sampah organik kering dan EM4 untuk sampah organik padat.

      Saya senang dapat membantu Pak Zach. Sama sekali tidak membebani, karena ilmu harus dibagi-bagi. Silakan dishare juga kepada teman-teman / keluarga yang membutuhkan.

      Terima kasih.
      Salam.

  8. Penjelasan sikit pertanyaan saya di no. 2 sebelum ini… maksud saya tidak kelihatan lubang adalah pada badan tong tersebut.

    Apa2 pun ide bapak ini cukup kreatif sekali…

    1. Pak Zach,
      Jawaban No 2, ketika saya coba dengan lubang di badan tong, itu mempercepat proses komposting. Saya ada 3 tong di halaman rumah. 2 tong badan dilubangi, 1 tidak pakai lubang di badan tong. Yang paling cepat proses adalah 2 tong yang lubang banyak di bawah dan badan tong.
      Jadi sebaiknya badan tong dilubangi.
      Demikian, semoga berguna.
      Salam.

  9. Maaf ya Pak… ada lagi pertanyaan :

    1. Apa tujuannya kawat nyamuk tersebut dilekatkan kepada batang pipa. Adakah ianya sebagai penapis / filter?

    2. Lubang tong juga turut dibuat lubang. Pada badan tong atau di bahagian bawah sahaja. Melihat kepada gambar komposter bapak di atas tidak kelihatan lubangnya.

    3. Kalau perlu jugak dibuat lubang… seelok2nya saiz berapa yang praktikal.

    Terima kasih atas kesudian bapak memberi penjelasan… sebetulan di Malaysia perkara-perkara begini tidak popular tapi bagi saya faedahnya cukup besar dan hobi yang menarik…

    1. Pak Zach,
      1. Kawat itu sebagai filter agar serangga kecil tidak masuk ke dalam tong.
      2. Lubang sebaiknya juga di badan tong dan bagain bawah tong. Buat lubang secukupnya. Fungsinya memudahkan mikroorganisme tanah untuk mengurai sampah. Lebih baik pada sampah itu disemprot menggunakan EM-4 (effective micro organisme 4).

      4. Saiz (ukuran) lubang di bagian bawah dan badan tong sama saja. Diameter sekitar 3 – 4 cm persegi.

      Sudah banyak orang yang membuat di luar negeri selain Indonesia. Coba cari di google, kata kunci composting.

      Sekian, semoga membantu.

  10. Asslamualiakum…

    Saya dari Malaysia dan cukup senang dgn usaha saudara dalam menghasilkan kompos ini. Cuma ada sesetangah bahagian tu sedikit sebanyak tidak dapat saya fahami kerana kitidakfahaman saya akan bahasanya…

    Harap penjelasan sedikit dari saudara mengenai tulisan saudara di bawah :

    “Lalu salah satu ujungnya ditutup dop. pipa dibungkus kawat nyamuk (plastik) dan di lem…

    Kalau photonya boleh di zoom kan mungkin bisa membantu… thks

    Pak Zach, ujung pipa yang di luar tong ditutup menggunakan dop yang ukurannya sama ( di toko pipa banyak yang jual). Jadi, pipa itu seperti diberi “topi”. Batang pipa yang telah dilubangi kecil-kecil dibungkus dengan kawat nyamuk (bentuknya seperti jaring / jala penangkap ikan), bahan dari plastik. Selanjutnya jaring nyamuk itu direkatkan dengan lem plastik atau karet. Sekian semoga membantu.
    Tidak lupa, dinding tong juga ikut dilubangi, agar mikroba tanah cepat membantu komposting.
    Foto-foto Insya Alloh saya kirim ke email agar lebih jelas.
    Salam.

  11. Asslamualaikum.
    Saya mahasiswa yang belum pernah mengeplikasikan pengabdian kepada masyarakat, untuk itu sudi kiranya mas membantu saya dalam megembangkan pemukiman sehat dan lingkungan bersih, pertama saya akan belajar membuat komposter dan menerapkannya di rumah. nantinya akan saya coba kembangkan kepada masyarakat di daerah lingkungan pemukiman rumah saya.

    Save Our Nation

Tinggalkan Balasan ke Kumbara Batalkan balasan